SALAH SANGKA
Hari
ini sempurnalah kekesalanku pada adikku Rahma. Betapa tidak aku memergokinya sedang
mengobrak-abrik rak buku meja belajarku.
“
Hei, Rahma apa yang sedang kamu lakukan di kamarku ?”.dengan wajah yang sangat
marah. Eh, ia dengan entengnya menjawab
“Aku
mencari buku diary kakak itu lho hadiah dari sunsilk, karena aku mau lihat artii warna biru kertas surat yang tadi
diberikan oleh temanku Mira di sekolah”. Aku marah bercampur kesal mendengar
jawabannya.
“
Rahma, kamu itu masih kecil sekolah saja kamu masih SD buku diary ini khusus
diperuntukan buat kakak yang sudah remaja, karena kamu belum waktunya sana
keluar jangan ingin tahu rahasia orang ! ”. Adikku ngeloyor pergi sambil
cemberut dan mengomel.
“Wah…itu pasti akal-akalan kakak saja, mungkin
dia takut ketahuan rahasiannya dan takut terbongkar di buku diary itu”.
Sepeninggal
adikku aku berpikir tentang kelakuan
Rahma akhir-akhir ini yang sangat membuatku jengkel, Betapa tidak dia dengan
seenaknya masuk ke kamarku dan mengobrak-abrik kamar lihat ini, lihat itu
bahkan baju-baju baruku sering dicobanya. Berulangkali aku memperingatkannya agar
tidak usil di kamarku, eh dia malah semakin menjadi-jadi yang paling aku
sebalkan dainya ketika dia menemukan
buku diaryku yang isinya sangat aku rahasiakan, padahal buku diary itu Aku
simpan sangat hati-hati supaya adikku tidak menemukannya.
Dua hari lamanya Aku tidak bertegur
sapa dengan adikku sebab aku masih kesal dengan kelakuannya tempo hari. Melihat
keadaan seperti ini Ibu berkata
“ Kak,
kenapa kakak tidak pernah bermain dengan adikmu?”. Aku jawab dengan alasan
“Aku
sangat sibuk dengan tugas di sekolahku. Ibu tersenyum mendengar jawabanku
“ Kakak, kamu tidak boleh bersikap seperti itu
Rahma masih kecil dan dia sangat mengagumimu sehingga apa yang kau lakukan
ingin pula ia melakukannya”. Namun hatiku tidak merasa sejuk dengan perkataan
ibuku itu”.
Keesokkan harinya aku berangkat ke
Sekolah dan tidak lupa berpamitan kepada orangtuaku,
“
Ayah Ibu aku berangkat ke Sekolah dulu ya.”
“ Kakak,
belajar dengan baik dengarkan semua yang ibu Guru terangkan”. Dan aku berangkat
ke Sekolah dengan menggunakan mobil. Sesampainya di Sekolah kulihat teman-teman
sudah berkumpul sambil ngerumpi pasti tentang kecengannya itu. Sambil menyapa
aku perlihatkan foto artis favoritku yang ku dapat dari tabloid kemarin sore.
Di Sekolah aku bersahabat dengan teman sebangkuku sampai-sampai rahasia pribadi pun sering kami
tukar bersama.
Minggu kelabu datang,Aku terkena
tipes akut vonis Dokter ini menyebabkan Aku harus berbaring tak berdaya di
rumah sakit. Setiap hari ibu dan ayah bergantian menjagaku dengan penuh kasih
sayang. “Kakak, ini ada hadiah yang sangat indah dari orang yang sering
membuatmu kesal”. Kata ibu ketika aku sedang termenung memikirkan sahabat yang
tak kunjung datang menengokku. Dengan perasaan enggan kuterima bungkusan kado
yang tak rapi itu, dalam pikiranku paling-paling kue murah dari warung sebelah
rumahku. Tetapi alangkah terkejutnya aku ketika aku buka dan melihat isi hadiah
itu tak kusangka barang yang diberikan adikku adalah barang impianku sejak
lama. “ Bu, bagaimana dia tahu baju ini yang sangat aku inginkan ?” tanyaku
dengan rasa haru. Ibu hanya tersenyum dan mengangkat bahu penuh maklum. Ayah
yang sejak tadi mendengarkan ngkat bicara “ Kakak, rasa ingin tahu Rahma yang menyebabkan dia tahu keinginnanmu itu,
makannya jangan suka judes pada adikmu! ”. tegur ayah. Mendengar perkataan Ayah
aku menangis terharu dan rasa penyesalan karena selama ini aku selalu
berprasangka buruk pada adikku yang sangat sayang padaku.
Seminggu sudah aku di rumah sakit
dan Dokter memperbolehkan aku pulang dengan syarat harus memperbanyak istirahat
dan jangan lupa meminum obatnya. Tiba di rumah yang pertama aku cari si jahil
yang sangat kurindukan Rahma. Sambil berlari kecil kupanggil namanya, “
Rahma…kakak sudah pulang!!”. Tapi tetap tak kuperoleh jawaban, sambil terus
mencari ke setiap ruangan aku terus memanggil namanya. Tiba-tiba dari arah
belakang terdengar bunyi balon pecah “DUAAR!” aku terlompat sambil berteriak
“AUW!” terdengar cekikik jahil yang pasti milik si jahil adikku, sambil melotot
aku terkam tubuhnya dan berkata “ Awas ya aku bikin kamu terkikik selamanya!”.
Rahma mengelinjang geli ketika tanganku mulai beraksi mengelitiknya, melihat
itu ibu dan ayah hanya tersenyum bahagia melihat kerukunan sudah hadir kembali
diantara kami.
Menjelang tidur, malam itu aku
berdo’a lama sekali memohon kepada Allahy SWT semoga kebahagiaan ini jangan
sampai hilang karena prasangkaku yang berlebihan pada adikku. Maafkan kakak ya
Rahma…
This is my first short story and Rahmania my inspiration. She is my sweety sister :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar